MERASA PALING BENAR SENDIRI..? TIDAK ADA KEBENARAN YANG HAKIKI ?
Penjelasan bagi Mereka Yang Belum Bisa Membedakan Antara Masalah Khilafiyyah dengan Ijtihadiyyah
Ketika sebagian pelaku maksiat diingatkan untuk menjauhi maksiatnya, kemudian orang yang mengingatkan tersebut ia katakan, “janganlah dirimu merasa paling suci sendiri”, apalah bedanya hal ini dengan orang yang diingatkan untuk menjauhi kesyirikan dan kebid’ahan yang hal itu dianggapnya suatu ibadah, kemudian orang yang mengingatkan tersebut ia katakan, “janganlah dirimu merasa benar sendiri”…
Semua mereka pukul rata, apakah perkara aqidah apakah perkara khilaf, mereka menggunakan satu kaedah mutlak. Tidak ada kebenaran yang hakiki, semua orang bisa berada pada suatu kebenaran, maka tidak boleh ada yang saling klaim berada diatas kebenaran, karena ‘bisa jadi’ dia berada diatas kesesatan.
kelompok yang paling ekstrim dalam masalah ini adalah ahli kalam, yakni orang-orang berpehamahan filsafat yang sesat, yang dianut J.I.L (jaringan iblis laknatullåh), yang membenarkan semua agama, menyatukan semua agama.. na’udzubillahi min dzaalik. dan ada kelompok yang tidak seekstrim kelompok pertama, tapi juga memiliki ’sedikit kesamaan’ dengan kelompok ini, namun tidak separah dengan kelompok pertama. kelompok ini bedanya, tetap berpegang teguh kepada al-islam sebagai agama yang haq, NAMUN, kelompok ini menyamaratakan segala permasalahan dalam islam itu sendiri.
KEBENARAN DI SISI ALLAH HANYA SATU
[Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed]
Kita memaklumi terjadinya perbedaan dan perselisihan di kalangan shahabat رضي الله عنهم dan para ulama karena mereka seluruhnya adalah orang-orang yg berupaya untuk mencocoki kebenaran. Oleh karena itu ijtihad dan kesungguhan mereka untuk mencari yang paling benar mendapatkan pahala di sisi Allah.
Namun berbicara tentang kebenaran tetap hanya satu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم:
Jika seorang hakim berijtihad dan tepat, maka dia mendapatkan dua pahala. Dan jika seorang hakim berijtihad dan tidak tepat, maka dia mendapatkan satu pahala.
Hadits di atas menunjukkan kalau ijtihad mereka tetap mendapatkan pahala, namun tetap ada yang benar dan ada yang salah, ada yang tepat dan ada pula yang menyimpang/keliru. Sehingga kita diperintahkan untuk mengambil mana yang lebih rajih dan mana yang lebih dekat pada kebenaran.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kalian yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)? (Yunus: 32)
Qurthubi رحمه الله berkata:
“Ayat ini memutuskan bahwa tidak ada selain haq dan batil kedudukan yang ketiga dalam masalah ini yaitu masalah tauhid dan demikian pula dalam masalah-masalah lain yang semisalnya seperti masalah-masalah prinsip yang lain maka tidak ada kebenaran kecuali hanya satu”. (al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, 8/336)
Para salafus shalih juga tidak berdalil dengan keumuman ayat di atas untuk semua masalah agama bahwa selain kebenaran adalah kebatilan. Dengan kata lain kebenaran hanya satu. (Zajrul Mutahawin, Hamd bin Ibrahim, hal. 36)
Karena itulah Imam Malik رحمه الله berkata tentang perbedaan para shahabat: “Tidak, demi Allah. Tidaklah kebenaran kecuali hanya satu. Apakah dua pendapat yang berbeda keduanya dapat dikatakan benar? Tidaklah kebenaran kecuali hanya satu. (Shifat Shalat Nabi, Syaikh al-Albani, hal. 61).
Lagi pula Allah سبحانه وتعالى memerintahkan agar kita jangan menyelisihi kebenaran dan melarang kita untuk berselisih setelah datang kebenaran yang jelas. Ini pun menunjukkan bahwa kebenaran di sisi Allah hanya satu.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali Imran: 105)
Allah juga memerintahkan kita untuk bersatu dengan memegang tali Allah dan melarang untuk berpecah-belah. Ini pun menunjukkan bahwa kebenaran di sisi Allah hanya satu.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. Ali Imran: 103)
Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
“Ayat-ayat yang melarang perselisihan dan berpecah-belah dalam agama mengandung cercaan kepadanya merupakan bukti yang jelas bahwa kebenaran di sisi Allah hanya satu. Sedangkan selainnya adalah kesalahan. Kalau saja semua pendapat itu benar, niscaya Allahd an rasul-Nya tidak melarang perselisihan dan mencecanya”. (Mukhtashar Shawaiqil Mursalah, Ibnul Qayyim, 2/566).