Selasa, 28 Januari 2014
BATALKAH WUDU' LELAKI BERSENTUHAN DENGAN WANITA?
Permasalahan ini adalah permasalahan yang sering dibincangkan oleh sebagian orang. Dan kebanyakan kaum muslimin menganggap bahwa menyentuh wanita adalah membatalkan wudhu. Inilah yang dianut oleh majoriti kaum muslimin di negeri ini karena kebanyakan mereka menganut madzhab Syafi’i yang berpendapat seperti ini. Maka yang manakah lebih tepat? Tentu saja kita mesti mengembalikan hal ini pada pemahaman yang benar terhadap Al Qur’an dan As Sunnah.[1]
Kebiasaan Pendapat
Perlu diketahui, dalam masalah apakah menyentuh wanita membatalkan wudhu' ataukah tidak, para ulama ada tiga macam pendapat.
Pendapat pertama: menyentuh wanita membatalkan wudhu' secara mutlak. Pendapat ini dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ibnu Hazm, juga pendapat dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar.
Pendapat kedua: menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu' secara mutlah. Pendapat ini dipilih oleh madzhab Abu Hanifah, Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibani, Ibnu ‘Abbas, Thowus, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Pendapat ketiga: menyentuh wanita membatalkan wudhu' jika dengan syahwat. Pendapat ini adalah pendapat Imam Malik dan pendapat Imam Ahmad yang masyhur.
Untuk melihat manakah pendapat yang lebih kuat, mari kita lihat beberapa hujah yang digunakan untuk mengukuhkan pendapat masing-masing.
Batalnya Wudhu' Karena Menyentuh Wanita Melalui Dalil Al Qur’an?
Sebagian ulama yang menyatakan batal wudhu' karena menyentuh wanita, berdalil dengan firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); ...” (QS. Al Ma-idah: 6) Mereka menafsirkan kalimat “lamastumun nisaa’” dengan menyentuh perempuan. Landasannya adalah perkataan Ibnu Mas’ud ,
اللَّمْسُ، مَا دُوْنَ الجِمَاعِ.
“Al lams (lamastum) bermakna selain jima’”.[2] Perkataan yang serupa juga dikatakan oleh Ibnu ‘Umar.[3] Jadi, menurut keduanya lamastumun nisaa’ bermakna selain berhubungan badan seperti menyentuh.
Akan tetapi, tafsiran dua ulama sahabat ini bertentangan dengan perkataan sahabat -yang lebih pakar dalam masalah tafsir- yaitu Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-. Beliau mengatakan,
إن”المس” و”اللمس”، و”المباشرة”، الجماع، ولكن الله يكني ما شاء بما شاء
“Namanya al mass, al lams dan al mubasyarah bermakna jima’ (berhubungan badan). Akan tetapi Allah menyebutkan sesuai dengan yang ia suka.”
Dalam perkataan lainnya disebutkan,
أو لامستم النساء”، قال: هو الجماع.
“Makna ayat: lamastumun nisaa’ adalah jima’ (berhubungan badan).”[4]
Manakah dua tafsiran di atas yang lebih tepat?
Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan ini:
Pertama: Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari bahwa makna “lamastmun nisaa‘” dalam ayat tersebut adalah jima’ (berhubungan badan) dan bukan dimaknakan dengan makna lain dari kata al lams. Alasannya, terdapat hadits sahih dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah mencium sebagian istrinya, lalu beliau solat dan tidak berwudhu' lagi.
Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium sebagian istrinya, lalu ia pergi solat dan tidak berwudhu'. Seorang perawi (‘Urwah) berkata pada ‘Aisyah, “Bukankah yang dicium itu engkau?” Setelah itu ‘Aisyah pun tertawa.[5] Juga terdapat riwayat Ibrahim At Taimiy, dari ‘Aisyah. Riwayat ini dishahihkan oleh Al Albani.[6]
Kedua: Tafsiran Ibnu ‘Abbas lebih didahulukan dari tafsiran Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar karena beliau lebih pakar dalam hal ini.[7]
Ketiga: Kita pun bisa melihat pada konteks ayat surat Al Maidah ayat 6,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka basuhlah”: Dalam ayat ini disebutkan mengenai thaharah (bersuci) dengan air dari hadas kecil.
إِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواوَ
“dan jika kamu junub maka mandilah”: Sedangkan ayat ini untuk bersuci dari hadas besar.
Lalu setelah itu, Allah menyebut:
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا
“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau lamastumun nisaa’, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah.”
Dalam firman Allah: “maka bertayamumlah”. Ini menunjukkan bahwa tayamum adalah pengganti untuk dua thoharoh sekaligus jika tidak memungkinkan menggunakan air.
أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ
“atau kembali dari tempat buang air (kakus)”: ini adalah untuk hadas kecil. Jadi tayamum bisa sebagai pengganti wudhu'.
أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ
“ atau lamastumun nisaa’”: ini adalah untuk hadas besar. Jadi tayamum boleh mengganti mandi junub. Sehingga dari sini, lamastumun nisaa’ termasuk hadas besar. Jadi maknanya bukan hanya sekedar mencium atau menyentuh.
Catatan: Memang kata al lams bisa bermakna menyentuh (meraba) dengan tangan sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut,
وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ
“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri” (QS. Al An’am: 7)
Begitu pula dapat dilihat dalam hadis,
وَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ
“Zinanya tangan adalah dengan meraba.”[8]
Namun sebagaimana diutarakan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari, makna “lamastmun nisaa‘” dalam ayat tersebut adalah jima’ (berhubungan badan) dan bukan dimaknakan dengan makna lain dari kata al lams.
Dalil Lain Bahwa Menyentuh Wanita Tidak Membatalkan Wudhu'
Pertama: Hadis ‘Aisyah, ia berkata,
فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِى عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ
“Suatu malam aku kehilangan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau ternyata pergi dari tempat tidurnya dan ketika itu aku menyentuhnya. Lalu aku menyingkirkan tanganku dari telapak kakinya (bagian dalam), sedangkan ketika itu beliau sedang (solat) di masjid …”[9]
Kedua: Hadis ‘Aisyah, ia berkata,
كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَىْ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَرِجْلاَىَ فِى قِبْلَتِهِ ، فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِى ، فَقَبَضْتُ رِجْلَىَّ ، فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا . قَالَتْ وَالْبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيهَا مَصَابِيحُ
“Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua kakiku di arah kiblat beliau. Ketika ia hendak sujud, ia meraba kakiku. Lalu aku memegang kaki tadi. Tika bediri, beliau membentangkan kakiku lagi.” ‘Aisyah mengatakan, “Rumah Nabi ketika itu tidak ada penerangan.”[10]
Ketiga: Sudah diketahui bahwa para sahabat pasti selalu menyentuh isti-istrinya. Namun tidak diketahui kalau ada satu perintah dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berwudhu' dan tidak ada satu riwayat pun yang menyebutkan bahwa ketika itu para sahabat berwudhu'. Padahal keadaan ini sudah biasa terjadi ketika itu. Bahkan yang diketahui bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istrinya dan tanpa berwudhu' lagi. Walaupun memang hadits ini diperselisihkan oleh para ulama mengenai keshahihannya. Namun tidak ada riwayat yang menyatakan bahwa beliau berwudhu' karena sebab bersentuhan dengan wanita. [11] -Inilah penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang kami sarikan-
Sedangkan perkataan ulama yang menyatakan bahwa menyentuh wanita dengan syahwat saja yang membatalkan wudhu', maka ini adalah pendapat yang tidak berdalil. Namun jika sekedar menganjurkan untuk berwudhu sebagaimana orang yang marah dianjurkan untuk berwudhu, maka ini baik. Akan tetapi, hal ini bukanlah wajib. Wallahu Ta’ala a’lam.
Perhatian: Hukum Menyentuh Wanita Yang Bukan Mahram
Jika sudah jelas penjelasan menyentuh wanita di atas berkaitan dengan masalah wudhu'. Lalu bagaimana dengan hukum menyentuh wanita yang bukan mahram, berdosa ataukah tidak? Ada hadis yang bisa kita perhatikan, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak dapat tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”[12] Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahram dan di sini disebut dengan zina sehingga ini menunjukkan haramnya. Karena ada kaedah: “Apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.”[13].Semoga kita bisa memperhatikan hal ini.
Kesimpulan: Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu' menurut pendapat yang lebih kuat. Namun jika menyentuh wanita bukan mahram, ada konsekuensi berdosa berdasarkan penjelasan terakhir di atas. Wallahu a’lam.
Semoga yang singkat ini bermanfaat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
[1] Pemabahasan ini kami olah dari Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/138-140, Al Maktabah At Taufiqiyah dengan beberapa tambahan seperlunya.
[2] Lihat Tafsir Ath Thobari (Jaami’ Al Bayan fii Ta’wilil Qur’an), Ibnu Jarir Ath Thobari, 8/393, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H. Syaikh Ahmad Syakir dalam ‘Umdatut Tafsir (1/514) mengatakan bahwa sanad riwayat inii yang paling shahih.
[3] Idem.
[4] Lihat Tafsir Ath Thobari (8/389). Sanad riwayat ini sahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abu Malik dalam Shahih Fiqh Sunnah, 1/139.
[5] Diriwayatkan oleh Ath Thobari (8/396). Beliau mensahihkan hadis-hadis semacam ini.
[6] HR. An Nasa-i no. 170. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih. Lihat Misykah Al Mashobih 323 [24].
[7] Alasan yang dikemukakan oleh Syaikh Abu Malik dalam Sahih Fiqh Sunnah, 1/139.
[8] HR. Ahmad 2/349. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini sahih.
[9] HR. Muslim no. 486.
[10] HR. Bukhari no. 382 dan Muslim no. 512.
[11] Lihat Majmu’ Al Fatawa, 35/358.
[12] HR. Muslim no. 6925.
[13] Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i
Isnin, 27 Januari 2014
Muhasabah Diri Melalui Amalan Sepanjang 24 Jam Melayari Ramadhan
Senarai Semak Ramadhan,
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ramadhan adalah madrasah agung yang memberi peluang kita mempelajari banyak pekara daripadanya. Ramadhan merupakan titik tolak kepada perubahan diri seseorang ke arah yang lebih baik.Dalam bulan Ramadan ini kita perlu merebut peluang di mana ibadat sunat yang dilakukan itu diberi ganjaran ibadat fardu. Manakala ibadat fardhu pula diberi ganjaran 70 kali ganda.
Cara terbaik untuk muhasabah diri dalam bulan yang mulia ini ialah dengan melihat bagaimana amalan sepanjang 24 jam kita melayari hariannya.
p/s: Waktu yang dinyatakan di bawah berdasarkan waktu solat Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur. Sila sesuaikan dengan waktu solat di tempat/kawasan anda.
.
.
A) 1/3 AKHIR MALAM (MULAI 2.30 PAGI)
.
1. Qiamullail
Dalam waktu 1/3 akhir malam, iaitu antara jam 2.30 pagi hingga terbit fajar, adalah masa teristimewa dan turunnya Rahmat Allah ke bumi. Waktu ini amat sesuai untuk Qiamullail iaitu melakukan solat-solat sunat dan berzikir kepada Allah SWT.
Orang yang mengamalkan qiamullail akan diangkat darjat dan dihapuskan dosa2 mereka. Nabi SAW bersabda; “Hendaklah kamu bersolat malam. Sesungguhnya ia amalan orang yang soleh sebelum kamu, amalan yang mendekatkan kepada Tuhanmu, penghapus kesalahan dan pencegah dosa.” (HR; Muslim)
Banyak keterangan tentang hadis-hadis keistimewaan 1/3 malam, ‘Rahmat Allah turun ke langit dunia’, pentafsiran tentang kalimah ‘turunnya’ Allah, kaifiyat berqiamullai, boleh pelbagaikan amalan ketika qiamullail, bukan setakat melakukan solat tahajud, tapi membaca al-Quran, dengan memahami isi kandungannya, berzikir dan beristighfar muhasabah diri serta menangis mengenangkan dosa-dosa.
Apa yang lebih penting dalam Islam ialah melakukan ibadat itu biar sedikit tetapi istiqamah yakni dibuat berterusan dan falsafah di sebalik qiamullail terkandung sifat ikhlas di mana kita beribadat seorang diri pada waktu orang lain nyenyak tidur di tilam yang empuk.
.
2. Solat-solat sunat yang harus didirikan ialah
a) Solat Sunat Tahajjud
“Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah “solat tahajjud” padanya, sebagai solat tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji”. (Al-Isra’; 79)
Dari Ubadah bin Shamit RA dari Rasulullah SAW : “Sesiapa yang bangun pada malam hari dan mengucap “Tiada Tuhan selain Allah. Tidak ada sekutu baginya. Dia Pemilik Kerajaan dan segala puji hanya untukNya. Dia Maha Kuasa. Segala pujian hanya untuk Allah. Segala Keagungan hanya untuk Allah. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan kuasa kecuali dengan izin Allah.” Kemudian mengatakan “”Ya Allah Ampunkan Kami” atau berdoa kepada Allah, maka doanya akan dikabulkan dan apabila dia berwudhuk dan mengerjakan solat malam (tahajjud), maka solatnya akan diterima.” (Hadis riwayat Bukhari).
Di antara Fadhilat Lainnya :
1. Mendapat pengawasan Allah dan menampakkan kesan ketaatan di wajahnya.
2. Dikasihi oleh para ahli ibadah dan orang mukmin.
3. Percakapannya menjadi hikmah dan bijaksana.
4. Dimudahkan hisab ke atasnya.
5. Mendapat catatan amal dari tangan kanan.
6. Doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT.
b) Solat Sunat Taubat
Bertujuan untuk bertaubat dengan sebenar-benar taubat kepada Allah SWT menyesal dan tidak akan mengulangi dosa yang disesalkan itu lagi.
Dari Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW telah bersabda : “ Tuhan Kami, Pemberi Berkat, Yang Maha Kuasa, turun setiap malam hingga ke langit yang paling dekat dengan kita (langit dunia) pada akhir 1/3 malam dan Dia berfirman ; Sesiapa yang berdoa kepadaKu, akan Aku Kabulkan. Sesiapa yang meminta sesuatu dariKu, akan Kuberikan. Sesiapa yang memohon kemapunan kepadaKu, akan Aku ampunkan.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.)
c) Solat Sunat Istikharah
Solat ini dilakukan tidak terhad kepada urusan perjodohan sahaja tetapi dalam skop yang lebih luas adalah untuk mendapatkan petunjuk, terutama bila seseorang dalam memutuskan tindakan yang terbaik dan kelancaran urusan seharian.
d) Solat Sunat Tasbih
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Kalau boleh didirikan setiap malam, kalau tidak boleh, seminggu sekali, kalau tidak boleh sebulan sekali, kalau tidak pun setahun sekali, paling2 tidak sekali seumur hidup.” Allah menjanjikan keampunan dosa yang lalu dan akan datang untuk mereka yang mengerjakan solat ini.
e) Solat Sunat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang mempunyai hajat dari Allah SWT atau daripada seorang manusia, maka hendaklah ia berwuduk dengan sebaik-baiknya kemudian dia bersolat dua rakaat.” (Riwayat At-Tarmizi)
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Abu Dardak bahawa Nabi SAW bersabda: “Sesiapa berwudhuk dan menyempurnakannya, kemudian bersembahyang dua rakaat dengan sempurna, maka dia diberi Allah apa saja yang diminta baik cepat ataupun lambat.”
f) Solat Sunat Witir
Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan Solat Witir walaupun sekali. Sabda Rasullulah SAW dari Abu Hurairah: “Sesiapa yang tidak berwitir, maka bukanlah dia termasuk golongan kami.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud)
Abu Hurairah pernah berkata: “Rasulullah SAW berwasiat kepadaku tiga perkara agar jangan ditinggalkan puasa tiga hari tiap bulan, dua rakaat dhuha dan witir sebelum tidur.”
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT. menganugerahkan kepada kamu solat yang lebih baik daripada bersedekah beberapa ekor unta yang sempurna dan baik iaitu Solat Witir.” (Hadis Riwayat al-Turmudzi dan al-Hakim r.a.)
Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan solat ini tanpa keuzuran dan umat Islam amat dituntut melakukannya.
Bagaimanapun, paling minimum qiamullail ialah menunaikan solat witir satu rakaat.
.
.
B) 1/3 AKHIR MALAM (5.30 PAGI)
1. Bersahur
Rasulullah SAW bersabda;“Seelok-elok sahur seorang mukmin itu ialah dengan buah tamar.” – (Hadis riwayat Ibn Hibban).
Anas bin Malik r.a. berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Sahurlah kamu sekelian, sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkatannya.” (HR. Muslim).
“Semua sahur adalah berkat, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun di antara kamu hanya meneguk air. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat atas orang-orang yang melakukan sahur.” (HR. Ahmad, dan al-Mundziri)
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani yang dimaksudkan dengan berkat itu ialah ganjaran pahala dari Allah. Sahur akan menguatkan lagi semangat dalam berpuasa serta dapat membantu seseorang itu untuk melakukan apa juga bentuk ibadat sepanjang ibadat puasa dilaksanakan.
Nabi SAW. bersabda: “Jadikanlah makan diwaktu sahur sebagai penolong melakukan puasa diwaktu siang. Dan istirahat di tengah hari sebagai penolong untuk melakukan shalat malam kamu.”
.
2. Membaca Al Quran
Sementara menanti masuk Subuh, membaca al-Quran kerana Rasulullah SAW pernah bersabda, “Membaca al-Quran adalah ibadat sunat yang paling afdal.”
Anas meriwayatkan daripada Zaid bin Thabit: “Kami telah bersahur bersama-sama dengan Nabi, kemudian Baginda bangun untuk mengerjakan solat. Aku (Anas) bertanya, berapa lama tempoh antara azan dengan sahur itu? Zaid menjawab sekadar bacaan 50 ayat al-Quran.”
.
C) PENGHUJUNG MALAM (WAKTU IMSAK – 5.40 PAGI
1. Bersugi
Berhenti makan berat 10 minit sebelum Subuh (Imsak) supaya dapat bersugi membersihkan mulut dan sempat bersedia dengan tenang untuk ke masjid bersolat jamaah.
Walaubagaimana pun sekiranya seseorang itu terlewat bangun untuk makan sahur dipenghujung waktu, masih lagi diharuskan makan dengan kadar segera.
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu mendengar azan subuh padahal bekas minuman masih di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya sehingga dia menyelesaikan meminumnya”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
2. Minum Sedikit Air
Beberapa minit sebelum Subuh minumlah segelas air masak/zam-zam bagi melegakan kerongkong selepas bersugi dan membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan yang masih ada.
.
D) SUBUH / FAJAR (AZAN SUBUH – 5.50 PAGI)
1. Solat Sunat Rawatib Sebelum Subuh (Solat Sunat Fajar)
Sabda Rasulullah SAW; “Solat dua rakaat (sebelum) Solat Subuh itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR; Muslim)
Sayyidah ‘Aisyah dalam hadis muttafaq ‘alaih menyatakan: “Tidak ada nafilah, solat sunnah, yang sangat dijaga pelaksanaannya oleh Nabi Saw. melebihi dua rakaat fajar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
2. Solat Subuh Berjemaah
Daripada Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “Sesiapa yang keluar ke masjid pada waktu pagi atau petang, Allah SWT akan sediakan kepadanya di syurga tempat berteduh pada setiap kali ia keluar.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim).
.
3. Membaca Al Quran
Membaca al-Quran kerana Rasulullah SAW pernah bersabda, “Membaca al-Quran adalah ibadat sunat yang paling afdal.”
Bersabda Rasulullah SAW, “Sesiapa membaca satu huruf kitab Allah, memperoleh satu kebajikan. Saya tidak mengatakan Alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR; al-Tirmizi)
.
4. Berselawat
Kelebihan atau keistimewaan selawat antara lain dijelaskan Allah menerusi firman-Nya yang bermaksud: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya dan ucaplah salam penghormatan kepadanya.” (Surah Al-Ahzab: 56).
Banyak kelebihan lain kepada orang yang berselawat kepada Rasulullah SAW, Allah akan menunaikan segala hajatnya, menghapuskan sepuluh kesalahan (dosa) dan mengangkat sepuluh darjatnya dan memperolehi syafaat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
”Berselawatlah kamu kepadaku, kerana selawat itu menjadi zakat (penghening jiwa pembersih dosa) bagimu.” (Riwayat Ibnu Murdawaih).
“Sesiapa berselawat kepadaku dalam sehari seribu kali, maka ia tidak akan mati sehingga ia digembirakan dengan syurga.” (Riwayat Abus Syaikh dari Anas).
”Orang yang bakhil ialah yang bila disebut namaku kepadanya, lalu ia tidak mahu berselawat kepadaku.” (Riwayat Tirmizi).
.
.E) SYURUK – (7.12 PAGI)
1. Membaca Al-Ma’thurat
Sesiapa yang membaca di waktu pagi, akan dipelihara oleh Allah hingga ke waktu petang. Dan sesiapa yang membacanya di waktu petang akan dipelihara hingga ke waktu pagi.
.
2. Berwirid Sehingga Terbit Matahari
Kita juga boleh bertasbih, bertahmid, beristighfar, berselawat dan berdoa.
Sabda Rasulullah SAW.: “Para malaikat berselawat bagi setiap orang yang selesai solat dan masih ia tetap di tempat solatnya itu. Malaikat pun berdoa: “Ya Allah, berikanlah kepadanya rahmat dan keampunan-Mu.…” begitulah keadaannya selama mana orang itu tidak batal wuduknya atau ia keluar dari masjid.” Hadis Riwayat Muslim.
.
F) ISYRAQ – (7.24 PAGI)
1. Membaca Doa Solat Sunat Isyraq
Sebelum mendirikan solat Isyraq bacalah doa berikut:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ اَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا وَلَمْ يُهْلِكْنَا بِذُنُوْبِنَا.
Segala pujian bagi Allah yang telah memberikan kami hari ini dan tidak memusnahkan kami kerana dosa-dosa yang dilakukan.
2. Solat Sunat Isyraq
Solat Sunat Isyraq dua rakaat ini dikerjakan selepas waktu Syuruk iaitu setelah matahari naik anggaran setengah galah (4 hasta atau 1.5 meter), lebih tepatnya kira-kira 12 minit setelah terbit matahari.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa solat Subuh berjemaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah sehingga naik matahari dan mengerjakan solat dua rakaat (Solat Sunat Isyraq). Maka adalah baginya pahala seperti pahala Haji dan Umrah yang sempurna.” (Hadis Riwayat, At-Tirmidzi r.a.)
.
G) PAGI – (7.45 PAGI)
Mula keluar bekerja/belajar…
1. Itqan atau Tekun Berkerja/Belajar
Setiap pekerjaan yang baik adalah suatu ibadah. Walaubagaimana pun sewaktu belajar / berkerja hendaklah diniatkan sebagai ibadah dan berkhidmatlah dengan sebaik atau seikhlas mungkin.
.
2. Solat Sunat Dhuha – (10.00 Pagi)
Waktu rehat pagi boleh diguna melakukan solat sunat ini…
Rasulullah SAW bersabda lagi, “Solat Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kefakiran (kemiskinan), dan tidak ada yang akan memelihara solat Dhuha kecuali hanya orang-orang yang bertaubat.”
Daripada Abu Dzar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hendaklah masing-masing di antara kamu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu. Maka tiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah. Menyuruh kebaikan adalah sedekah, mencegah keburukan juga adalah sedekah. Dan sebagai ganti daripada itu semua, cukuplah mengamalkan dua rakaat solat Dhuha.” (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud)
.
3. Membaca Al Quran
Tips Khatam Membaca 30 Juzuk Al Quran:
Baca sedikit tetapi selalu. Satu juzuk selalunya mengandungi 20 mukasurat; Jadi lakukanlah pembacaan seperti berikut:
Bacalah 4 mukasurat selepas Subuh (20 minit)
Bacalah 4 mukasurat selepas Zuhur (20 minit)
Bacalah 4 mukasurat selepas Asar (20 minit)
Bacalah 2 mukasurat selepas Isyak (10 minit)
Bacalah 6 mukasurat selepas Tarawih (30 minit)
H) TENGAHARI – (1.00 T.HARI)
Waktu rehat tengahari boleh diguna melakukan pelbagai ibadah termasuk qailullah, membaca Al Quran, tazkirah dan solat…
1. Qailullah
Qailullah ialah tidur sebentar sebelum masuk waktu solat Zuhur; dengan kadar masanya antara 10 hingga 30 minit. Tidur ini disunatkan sebagai memudahkan untuk bangun menunaikan solat sunat di tengah malam. Sekiranya tidur tanpa berniat untuk bangun pada tengah malam maka tidaklah mendapat sebarang pahala pada tidur tersebut.
Rasulullah SAW bersabda: “Memakan sahur itu boleh memberi kekuatan untuk berpuasa pada siang hari dan qailullah (tidur sekejap) pada siang hari (sebelum Zuhur) boleh memberi kekuatan untuk qiamullail.” Hadis riwayat Ibnu Abbas.
Khalifah Umar bin Khattab pernah mengingatkan agar tidak terlalu banyak tidur; “Sekiranya kamu tidur siang hari, maka akan melalaikan hak masyarakat; jika kamu tidur malam, kamu melalaikan hak Allah.” Oleh kerana itu haruslah mengimbangi dan menggunakan waktu tidur siang yang hanya seketika (bukan sepanjang hari) walaupun pada musim panas atau bulan Ramadan.
.
2. Solat Sunat Rawatib Sebelum Zuhur (1.21 Petang)
Dari Ibnu Umar ra berkata, “Aku menjaga 10 rakaat dari nabi SAW: 2 rakaat sebelum solat Zuhur, 2 rakaat selepasnya, 2 rakaat selepas solat Maghrib, 2 rakaat selepas solat Isyak dan 2 rakaat sebelum solat Subuh.” (HR Muttafaqun ‘alaihi)
Daripada Aisyah r.a.; “Bahawa jika Rasulullah SAW tertinggal solat empat rakaat sebelum Zuhur, maka Baginda SAW melakukannya selepas Zuhur (waktu Asar).” (Hadis riwayat Turmizi r.a.)
.
3. Solat Fardu Zuhur
Sabda Rasullullah SAW,
1. “Solat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya.
2. Solat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi.
3. Solat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bersolat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya.
4. Solat Isyak itu ialah solat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku.
5. Solat Subuh adalah sebelum terbit matahari.Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.”
Daripada kitab Durratun Nasihin, Rasulullah SAW. bersabda: “Sesiapa solat lima waktu berjemaah, maka baginya lima perkara (hadiah): Pertama dia tidak ditimpa kefakiran di dunia. Kedua, Allah SWT membebaskannya daripada seksa kubur. Ketiga, dia akan menerima kitab amal dengan tangan kanan. Keempat, dia akan melalui jambatan (siratulmustakim) seperti kilat menyambar dan kelima, Allah SWT. memasukkannya ke dalam syurga tanpa hisab dan seksa.”
.
4. Solat Sunat Rawatib Selepas Zuhur
Daripada Ummu Habibah yakni Ramlah binti Abu Sufyan radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:“Tiada seorang hamba pun yang Muslim yang bersolat kerana Allah Ta’ala setiap hari dua belas rakaat sebagai solat sunnah yang bukan diwajibkan, melainkan Allah akan mendirikan untuknya sebuah rumah dalam syurga, atau: melainkan untuknya akan didirikanlah sebuah rumah dalam syurga.” (Riwayat Muslim)
.
I) PETANG – (4.39 PETANG)
.
1. Solat Asar
Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang mendengar azan tetapi ia tidak hadir, maka tidaklah sempurna solatnya kecuali disebabkan keuzuran.” (Riwayat Ibn Majah).
.
2. Membaca Al-Ma’thurat
Allah menyempurnakan nikmatnya ke atas orang yang membacanya, termasuk mencukupkannya apa yang sangat diperlukan dari urusan dunia dan akhirat serta mendapat keselamatan dari segala sesuatu.
.
3. Menyediakan Bahan Berbuka dan Bersahur
Rasulullah SAW sering menggalakkan umat Islam menyediakan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa meskipun dengan hanya beberapa biji tamar atau segelas air.
Sabda Baginda SAW : “Sesiapa yang menjamu orang yang puasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, bn Mâjah, Ibn Hibban dan dishahih kan oleh Imam Tirmidzi)
.
J) MAGHRIB – (7.28 MALAM)
1. Berbuka Puasa dengan Buah Kurma dan Segelas Air Terlebih Dahulu
Rasulullah SAW mengisi perut dengan sedikit makanan seperti kurma dan air saja, setelah itu baru Baginda SAW melaksanakan solat Maghrib. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan solat dahulu.
Disunatkan berbuka dengan tiga butir kurma dan segelas air. Anas bin Malik berkata: “Rasulullah SAW berbuka puasa sebelum solat (Maghrib) dengan rutab (buah kurma ranum). Jika tiada rutab, Baginda akan berbuka dengan tamar (kurma kering) dan jika tiada tamar, Baginda minum beberapa teguk air.” (Hadis riwayat at-Tirmizi)
Sekiranya tiada kurma, bolehlah digantikan dengan manisan, buah-buahan atau makanan yang belum terkena api.
.
2. Memperbanyakkan Doa
Disarankan berdoa apa saja yang dihajati sewaktu berbuka kerana ia antara waktu yang mustajab (makbul) berdoa. Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya doa yang tidak ditolak bagi orang berpuasa itu ialah ketika dia berbuka Allah dan malaikatnya mengucapkan selawat (berdoa dan memohon daripada Allah akan keampunan dan keredaan) ke atas mereka yang bersahur.” – (Hadis riwayat At-Tabrani dan Ibn Umar).
.
3. Solat Fardhu Maghrib Berjemaah
Allah mengurniakan ganjaran pahala 27 kali ganda daripada solat bersendirian kepada orang yang mendirikan solat berjemaah. Daripada Ibnu Umar r.a. katanya; Rasulullah SAW. bersabda: “Solat jemaah itu lebih utama pahalanya daripada solat sendirian sebanyak 27 darjat.” (Riwayat Bukhari dan Muslim r.a.)
Rasulullah SAW. bersabda: “Solat seorang lelaki dengan berjemaah, lebih baik daripada solat bersendirian di rumah selama empat puluh tahun.”
.
4. Solat Sunat Rawatib Selepas Maghrib
Dari Ibnu Umar ra berkata, “Aku menjaga 10 rakaat dari nabi SAW: 2 rakaat sebelum solat Zohur, 2 rakaat selepasnya, 2 rakaat selepas solat Maghrib, 2 rakaat selepas solat Isyak dan 2 rakaat sebelum solat Subuh.” (HR Muttafaqun ‘alaihi)
.
K) 1/3 AWAL MALAM – (8.40 MALAM)
1. Solat Fardu Isyak Berjemaah
Sabda Rasulullah SAW: “Mahukah kamu, aku tunjukkan perbuatan yang jika kamu lakukan, nescaya Allah akan menghapuskan segala kesalahan dan mengangkat kamu ke darjat yang tinggi? Iaitu melengkapkan wuduk meskipun secara terpaksa (kerana sejuk atau panas), memperbanyakkan langkah ke masjid dan menunggu satu solat sesudah solat yang lain. Itulah pendinding kamu..” (Hadis sahih)
Sabda Nabi SAW.:“Sesiapa solat Isyak berjemaah, maka seolah-olah ia solat separuh malam dan sesiapa yang menghadiri solat Isyak dan Subuh berjemaah, maka seolah-olah ia telah beribadat sepanjang malam.” (Riwayat Muslim)
.
2. Solat Sunat Rawatib Selepas Isyak
Daripada Ummu Habibah yakni Ramlah binti Abu Sufyan radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:“Tiada seorang hamba pun yang Muslim yang bersolat kerana Allah Ta’ala setiap hari dua belas rakaat sebagai solat sunnah yang bukan diwajibkan, melainkan Allah akan mendirikan untuknya sebuah rumah dalam syurga, atau: melainkan untuknya akan didirikanlah sebuah rumah dalam syurga.” (Riwayat Muslim)
.
3. Tarawih dan Witir Berjemaah
Dalam bulan Ramadhan ini, menunaikan solat tarawih sudah dikira sebagai qiamullail. Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang bangun (qiamullail) pada bulan Ramadan dengan keimanan dan pengharapan akan diampun dosanya yang terdahulu.” (HR; Bukhari dan Muslim).
Bagi makmum yang mengerjakan solat Tarawih disyorkan supaya sentiasa bersama imamnya itu sehinggalah selesai samada sebanyak 20 rakaat mahupun 8 rakaat. Sabda Rasulullah SAW: “Apabila seseorang menunaikan solat bersama imamnya sehinggalah imam itu (selesai dan) beredar, dikirakan untuknya (makmum) pahala qiyam semalaman” (HR; an-Nasaei).
.
4. Tadarus Al Quran dan Tadabbur Maknanya.
Disebutkan dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak berkumpul satu kaum di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) yang membaca al-Quran dan saling mempelajarinya antara mereka melainkan diturunkan ke atas mereka ketenangan, diselubungi rahmat, dikelilingi malaikat rahmat dan Allah mengingati mereka pada siapa di sisi-Nya.” (Hadis riwayat Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah oleh kamu al-Quran, sesungguhnya (al-Quran) itu datang pada hari kiamat menjadi syafaat kepada pembacanya.” (Hadis riwayat Abu Umamah dan Muslim)
.
L) 2/3 MALAM – (11.00 MALAM)
.
1. Berdoa dan Berniat
Berdoa sebelum tidur sambil berniat untuk bangun awal di samping berniat puasa untuk hari esok.
Doa Sebelum Tidur
اَللَّهُمَّ أَنْتَ خَلَقْتَ نَفْسِىْ وَأَنْتَ تَتَوَفَّاهَا. لَكَ مَمَا تُهَا وَمَحْيَاهَا، إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا، وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْلَهَا. اَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ.
Ya Allah! Dikaulah yang menciptakan diriku dan Dikaulah juga yang mematikannya. Untuk-Mulah kematian dan kehidupan diriku. Oleh kerana itu, apabila Dikau menghidupkannya, maka Dikau jagakanlah ia dan apabila Dikau mematikannya, Dikau ampunilah ia. Ya Allah daku memohon kesejahteraan dari-Mu.
Ketika mahu melelapkan mata, Baginda SAW meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya dan sekali lagi berdoa:
بِاسْمِكَ اَللَّهُمَّ أََحْيَا وَأَمُوتُ. اَللَّهُمَّ قِنِىْ عَذَابِكَ يَوْمَ تُبْعَثُ عِبَادَكَ.
Dengan nama-Mu ya Allah, daku hidup dan daku mati. Ya Allah! Pelihara-lah daku daripada azab-Mu pada hari Dikau bangkitkan semua hamba-Mu.
.
2. Tidur
Tidur berpatutan adalah ibadah. Ulama terkemuka berkata, kehidupan manusia sehari-hari dibahagikan kepada tiga iaitu:
Lapan jam untuk taat dan beribadat kepada Allah,
Lapan jam untuk bekerja dan mencari nafkah,
Lapan jam lagi untuk beristirehat dan tidur.
Waktu beristirehat ini termasuklah ‘qualiti time’ bersama ahli keluarga dan masa tidur yang sebenar-benarnya yang diperlukan oleh manusia hanyalah empat jam sahaja. Sebagaimana Firman Allah SWT: “Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit sangat tidur, kerana mengerjakan solat Tahajud dan amal-amal soleh); mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaan-Nya); dan mereka selalu pula mendermakan sebahagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.” (Surah As Sajdah: 16)
Kajian sosiologi mendapati masyarakat dan golongan yang sedikit tidur iaitu antara 3 hingga 5 jam lebih panjang umur mereka.
.
M) WAKTU LAPANG / SELINGAN
1. Berzikir Dan Beristighafar
Hendaklah kita berusaha mencari lailatul qadar kerana pahala beribadat pada malam ini adalah menyamai 1,000 bulan atau 84 tahun. (al-Qadr: 3)
Ini adalah bonus yang Allah bagi kepada umat Nabi Muhammad yang rata-rata umur mereka ialah sekitar 60 ke 70 tahun berbanding umat terdahulu yang usia mereka mencecah beribu tahun.
Malam ini pula dikatakan berlaku pada malam ganjil 10 terakhir Ramadan. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW: “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil 10 malam terakhir.” (HR; Bukhari)
.
2. Menghadiri Majlis Ilmu/Membaca Buku-buku Ilmiah
Bagi mereka yang berkesempatan, boleh juga menghadiri majlis ilmu, mengulangkaji kitab-kitab agama, sirah nabi dan sebagainya. Bagaimanapun, kita boleh juga membaca buku-buku akademik contohnya berkaitan sains dan teknologi. Yang penting ia memberi manfaat kepada diri dan masyarakat. Membaca buku-buku begini pun turut diberi ganjaran pahala oleh Allah SWT.
Tuntutan menghadiri majlis ilmu ini sejajar sunnah Rasulullah untuk amalan umatnya. Rasulullah pernah bersabda bermaksud: “Jadilah kamu orang yang berilmu atau orang yang belajar dan orang yang mendengar. Jangan kamu menjadi golongan yang keempat (bukan daripada tiga golongan), maka hendaklah kamu tinggalkan.”
.
3. Beriktikaf di Masjid atau Surau
Iktikaf adalah amalan baik yang amat disunatkan kepada umat Islam melakukannya. Lebih-lebih lagi pada bulan Ramadan. Maksud iktikaf ialah mendampingi masjid, bertujuan untuk membersihkan hati dengan mengingati Allah dan taqarrub (berdamping) dengan Allah Yang Maha Pencipta dengan hati yang ikhlas.
Allah amat menyukai hamba-hamba-Nya yang sentiasa berusaha bertaqarrub kepada-Nya. Ia boleh dilakukan setiap kali berada di masjid iaitu semasa menunggu waktu solat Isyak misalnya, kita berniat beriktikaf. Dengan niat begini, kita sudah pun beroleh pahala.
.
4. Bersedekah
Lebihkan bersifat pemurah dan dermawan iaitu banyak memberi, bersedekah dan menolong. Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan. Bersedekah bukan hanya memberi wang, tetapi termasuklah membantu kariah surau/masjid menyediakan dan memasak makanan berbuka dan sahur atau mengajak orang lain berbuka puasa di rumah kita terutama kepada golongan fakir miskin.
Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan.”
Pada bulan Ramadhan ini, elok dilipat-gandakan amalan sedekah tanpa berkira-kira kerana sedekah merupakan amalan yang berterusan selagi harta itu dimanfaatkan. Janganlah kita sendiri kita campakkan diri kita ke lembah kebinasaan kerana kebakhilan kita sendiri.
.
.
Penutup
Ramadhan bukanlah bulan biasa. Ibadah umum seperti bekerja mencari rezeki dan belajar memang tidak boleh dihentikan namun biarlah kita cuba tambahkan ibadah khusus sedaya mungkin sebab Ramadhan ialah bulan ibadah, barakah dan makfirah.
Ramadhan dikenali juga sebagai bulan prestasi, dimana Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang-orang mu’min untuk memperbaiki darjatnya di sisi Allah SWT.
Alangkah ruginya andai kita langsung tidak mencuba untuk merebut peluang keemasan ini umpama sudah terhidang di depan mata tetapi masih enggan memanfaatkannya dan sudah diberi modal tetapi tidak mahu menggunakannya!
Pendek kata, rebutlah peluang Ramadhan yang ada kerana belum tentu kita akan bertemunya lagi pada masa akan datang. Pada waktu negara dalam keadaan yang masih lagi aman, manfaatkan keamanan ini dengan menambahkan amalan kita.
Moga-moga kita dapat mengecapi nikmat Lailatul Qadar dan Rahmat Allah Yang Maha Khaliq pada Ramadhan tahun ini . Amin!
.
والسلام
By
Shafiqolbu
Ramadhan 1432H
MEMPERBAIKI TAUHID IBARAT MEMPERBAIKI JANTUNG PADA BADAN
Memperbaiki tauhid pada diri kita itu sangatlah penting. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Sesungguhnya memperbaiki tauhid bagi agama -seseorang- seperti kedudukan perbaikan jantung bagi badan.” (Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 16)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak/sakit maka sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah jantung.” (HR. Bukhari dan Muslim dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu)
Oleh sebab itu mendakwahkan tauhid merupakan program yang sangat mulia. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Oleh sebab itu para da’i yang menyerukan tauhid adalah da’i-da’i yang paling utama dan paling mulia. Sebab dakwah kepada tauhid merupakan dakwah kepada derajat keimanan yang tertinggi.” (Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 16)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman terdiri dari tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah laa ilaaha illallaah, sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Jati diri seorang muslim sangat ditentukan oleh sejauh mana kualiti tauhidnya. Karena tauhid dalam jiwanya laksana konkrit bagi sebuah bangunan. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Tauhid ini memiliki kedudukan penting laksana konkrit bagi suatu bangunan.” (Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Manakah yang lebih baik; orang yang menegakkan bangunannya di atas konkrit ketakwaan kepada Allah dan keridhaan-Nya, ataukah orang yang menegakkan bangunannya di atas tepi jurang yang akan runtuh dan ia pun akan runtuh bersamanya ke dalam neraka Jahannam.” (QS. at-Taubah: 109)
Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Hal itu dikarenakan ayat ini turun berkenaan dengan kaum munafikin yang membangun masjid untuk solat padanya. Akan tetapi tatkala mereka tidak melaksanakan amalan yang agung dan utama ini -yaitu membangun masjid- dengan keikhlasan yang tertanam di dalam hatinya, maka amalan itu sama sekali tidak memberikan manfaat bagi mereka. Bahkan, justru amalan itu yang akan menjerumuskan mereka jatuh ke dalam Jahannam, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat tersebut.” (Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 13)
Tauhid ibarat sebatang pohon. Cabang-cabangnya adalah amalan. Adapun buahnya adalah kebahagiaan hidup di dunia dan kenikmatan tiada tara di akhirat. Demikian pula syirik, dusta dan riya’ seperti sebatang pohon, yang buah-buahnya di dunia adalah cengkaman rasa takut, kekhawatiran, sempit dada, dan gelapnya hati. Dan di akhirat nanti pohon yang hodoh itu akan membuahkan siksaan dan penyesalan (lihat Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 14)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah memberikan perumpamaan suatu kalimat yang baik seperti pohon yang indah, pokoknya tertanam kuat -di dalam tanah- sedangkan cabangnya menjulang ke langit.” (QS. Ibrahim: 24). Yang dimaksud ‘kalimat yang baik’ di dalam ayat ini adalah syahadah laa ilaaha illallaah (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 425)
Saudara-saudaraku, sangat banyak ayat maupun hadis yang menerangkan tentang keutamaan memperbaiki dan mendakwahkan tauhid ini. Tidak sanggup rasanya lisan dan tangan ini untuk menggambarkan betapa agungnya dakwah tauhid ini. Bagaimana tidak? Sementara inilah hak Allah Rabb penguasa alam semesta dan intisari dakwah para Rasul ‘alaihimus solatu was salam!
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Ketahuilah, agama yang murni adalah milik Allah.” (QS. az-Zumar: 2-3)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya solatku, sembelihanku, hidup dan matiku, semuanya untuk Allah Rabb seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah orang yang pertama-tama pasrah.” (QS. al-An’aam: 162-163)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul pun kecuali Kami wahyukan kepadanya; Tidak ada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiyaa’: 25)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman.” (QS. al-Ma’idah: 23)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah pun membuat mereka lupa akan diri mereka sendiri.” (QS. al-Hasyr: 19)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari dalam hatinya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah laa ilaha illallaah niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu)
Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Berdasarkan hal ini, maka sesungguhnya seluruh seruan yang ditegakkan dengan klam isylah/perbaikan sedangkan ia tidak memiliki pusat perhatian dalam masalah tauhid, tidak pula berangkat dari sana, niscaya dakwah semacam itu akan tertimpa penyimpangan sebanding dengan jauhnya mereka dari pokok yang agung ini. Seperti halnya orang-orang yang menghabiskan umur mereka dalam upaya memperbaiki hubungan antara sesama makhluk semata, akan tetapi hubungan mereka terhadap al-Khaliq -yaitu aqidah mereka- sangat menyelisihi petunjuk salafus solih.” (Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 17)
Maka tidaklah berlebihan jika kita katakan, “Di mana pun bumi dipijak, maka di situlah dakwah tauhid harus ditegakkan!”. Kebahagiaan seperti apakah yang anda idamkan, kejayaan macam apakah yang anda impikan, apabila semangat dakwah tauhid sama sekali tidak bergejolak di dalam hati anda?!
—
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
Langgan:
Catatan (Atom)