Belahan-jiwaSetelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat kita.
Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
Lalu bagaimanakah supaya kita selamat dalam memilih pasangan hidup untuk pendamping kita selama-lamanya? Apakah kriteria-kriteria yang disyariatkan oleh Islam dalam memilih calon istri atau suami?
A. Kriteria Memilih Calon Istri
Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :
1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)
Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)
Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.
Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara sempurna.
b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan seperti itu.
3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :
Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”
4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas.
Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.
Di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.
B. Kriteria Memilih Calon Suami
1. Islam.
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.
Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)
Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.
Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Wallahu A’lam Bis Shawab.
~ oleh Gugun di/pada Maret 18, 2009.
Ditulis dalam B4 Married
Tag: belahan jiwa, ingin menikah, jodoh, kriteria istri, Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam, kriteria suami, pasangan hidup
Jumaat, 24 September 2010
Celaan terhadap bermewah-mewahan
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Isro’: 16]
Kata Al-Mutrif: bermakna orang yang menikmati secara mewah dan berlebihan dalam kelezatan dan dunia dan syahwatnya. Maksudnya adalah Allah memerintahkan kepada orang-orang hidup ewah ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah namun mereka enggan melaksanakan perintah tersebut bahkan mereka berbuat kefasikan dan kerusakan maka mereka berhak mendapat siksa dan kehancuran. Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan tentang kehidupan orang-orang yang mewah ini bahwa datang kepada mereka ayat-ayat Allah dan mereka diperingatkan dengannya namun mereka sombong dan berpaling darinya maka Allah-pun mengazab mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. [QS. Al-Mu’minun: 64-67]
Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan bahwa hidup mewah adalah sifat orang-orang kafir. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. [QS. Al-Waqi’ah: 41-45]
Maksudnya mereka hidup mewah dan terjerumus pada syahwat dan kelezatan duniawi. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa kehidupan yang mewah akan berdampak buruk bagi kehidupan duniawi dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Nabi Shaleh pada saat dia memberikan peringatan kepada kaum Tsamud dan mereka adalah bangsa arab yang menempati kota batu yang terletak antara lembah Al-Qura dan negeri Syam, tempat tinggal mereka cukup terkenal dan sekarang disebut dengan mada’in Shaleh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;
قال الله تعالى : ﴿ أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ. فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ. وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ ﴾ (الشعراء: 146-149)
Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; QS. Al-Syu’ara’: 146-149.
Sehingga firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan:
قال الله تعالى : ﴿ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ ﴾ (الشعراء: 158-159)
maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. QS. Al-Syu’ara’: 158-159.
Ibnu Katsir rahimhullah berkata: Allah subhanahu wa ta’ala berkata guna memberitahukan dan memperingatkan mereka bahwa siksa Allah turun kepada mereka, serta mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka berupa rizki-rizki yang melimpah ruah, menjadikan mereka dalam aman dari segala bahaya, mencurahkan bagi mereka kebun-kebun yang penuh dengan tanaman, dan mengalirkan bagi mereka mata air yang mengalir deras serta memberikan mereka tanaman dan buah-buahan, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ
((dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut))
Ibnu Katsir berkata yaitu pada saat dia basah dan menjulur dan selain itu kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. Ibnu Abbas dan ulama yang lainnya berkata memahatnya dengan baik, di dalam riwayat yang lain disebutkan memahatnya dengan rakus dan melwati batas. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Mujahid dan jama’ah ahli tafsir dan tidak ada kontradiksi antara kedua pendapat tersebut. Sebab sesungguhnya mereka menjadikan rumah-rumah yang terukir di atas gunung-gunung tersebut secara liar melampui batas, demi kesombongan dan berlaku sia-sia bukan untuk tempat tinggal dan mereka sangat profesional dalam memahat dan mengukir batu-batuan tersebut, seperti itulah yang disimpulakn tentang keadaan mereka bagi orang yang pernah melihat tempat tinggal mereka”.[1]
Yang menjadi penekanan kita adalah bahwa mereka terjebak dalam pola hidup yang mewah sehingga memabawa mereka mendustakan para rasul lalu akibat mereka adalah kebinasaan di dunia dan akherat.
Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam telah memberitahukan bahwa di hari kiamat kelak orang-orang yang hidup mewah akan melupakan semua kenikmatan yang pernah mereka nikmati selamat hidup di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Akan ditangkan pada hari kiamat kelak seorang penghuni neraka yang keadaannya paling mewah selama hidup di dunia, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam api neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam apakah engkau pernah merasakan sedikit kenikmatan saat hidupmu?. Apakah suatu kenikmatan telah menghampirimu saat hidup di dunia?. Lalu dia berkata: Tidak wahai Tuhanku. Lalu didatangkanlah orang yang paling sengasara hidupnya di dunia namun dia termasuk penduduk surga, lalu orang tersebut dicelupkan satu kali celupan di dalam surga dan dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan satu kesengsaraan di dalam kehidupanmu? Apakah engkau telah mengalami hidup sengsara?. Maka dia berkata: Demi Allah tidak pernah wahai Tuhanku aku tidak pernah merasakan kesengsaraan sedikitpun dan aku tidak pernah hidup sengsara sedikitpun”.[2]
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang paling jauh dari pola hidup mewah, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Umar ra bahwa dia mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan melihat beliau tertidur bertikar pasir dan membekas pada pinggang beliau, maka kedua matanya menangis dan berkata: Wahai Rasulullah para raja dan kaesar hidup dalam kemewahan mereka dan engkau adalah makhluk pilihan Allah. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berbaring lalu baliu duduk dan bersabda: Apakah engkau meragukan ajaran yang aku bawa wahai Ibnul Katab?. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Mereka adalah kaum yang kebaikannya disegerakan pada kehidupan duniawi, di dalam sebuah riwayat disebutkan: Apakah engkau tidak rela jika mereka mendapat dunia dan kita mendapatkan akherat”.[3]
Di antara cermin kehidupan mewah pada zaman kita sekarang ini adalah tenggelam dalam memenuhi kebutuhan sekunder secara berlebihan, contohnya sebagian keluarga merubah perabot rumah tangga pada setiap tahunnya sekalipun perabot yang lama masih layak padahal mereka mempersiapkan biaya yang sangat besar untuk urusan tersebut.
Di antara bentuk kemewahan itu adalah sebagian keluarga berupaya membeli makanan dan minuman setiap harinya dari rumah makan-rumah makan yang mahal padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut.
Di antara bentuk kemewahan itu adalah adanya kaum wanita yang selalu mengganti pakian secara terus menerus dalam setiap pesta dan resepsi pernikahan, walaupun pakaian tersebut tidak dimanfaatkan kecuali satu kali saja, walau mereka harus membayar mahal dengan pola hidup seperti itu.
Di antara bentuk kemewhan itu adalah adanya sebagian masyarakat yang berwisata pada setiap tahunnya, dan mereka membayar biaya yang malah untuk keperluan tersebut walaupun harus berhutang. Banyak lagi bentuk-bentuk kemewahan lainnya.
Di antara dampak negatif dari pola hidup mewah adalah:
Pertama; Munculanya berbagai macam penyakit seperti penyakit kegemukan, penykait liver dan stroke dan lain-lain.
Keuda: Pola hidup seperti ini akan menjerumuskan kepada kemalasan, hidup santai dan bergantung kepada dunia sehingga akan mempermudah bagi musuh untuk menguasai umat ini, merusak aqidah mereka, mengeksploitasi kekayaan alam yang tersimpan di dalam negara mereka. Dan umat Islam harus memperoyeksikan diri mereka sebagai umat yang pejuang, kuat dan mempersiapak diri mereka untuk berdakwah kepada Allah dan menyebarkan agama ini di bumi belahan barat dan timur dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kesyirikan menuju cahaya tauhid dan hal ini tidak akan pernah terwujud kecuali dengan kerja keras bukan dengan hidup mewah dan santai. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ﴾ (التوبة: 105)
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, QS. Al-Taubah: 105.
Ketiga: Hidup mewah akan mengakibatkan tersalurnya smber daya dan potensi umat ini pada perkara yang tidak mendatangkan manfaat, dan umat ini sangat membutuhkan pemanfaatan kekayaan ini guna membangun kekuatan ekonomi dan militer sehingga menjadi umat yang memiliki harga diri di hadapan negara-negara lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ ﴾ (الأنفال: 60)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu”. QS. Al-Anfal: 60.
Keempat: Hidup mewah akan membuat umat ini menjadi lemah dan menggantungkan diri pada uluran tangan orang lain, tidak berdiri pada pada sumber daya pemuda dan potensi mereka. Keadaan ini akan memaksa mereka untuk tunduk pada kekuatan musuh mereka, kekayaan mereka akan terperas, agama mereka akan rusak dan banyak kerusakan lainnya.
Hal ini terjadi jika pola hidup mewah tersebut hanya terbatas pada perkara-perkara yang mubah namun jika sudah mengarah pada perkara yang diharamkan maka perkaranya menjadi lebih bahaya lagi, itulah lonceng kehancuran dan kebinasaan sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat sebelumnya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1] Tafsir Katsir: 3/343
[2] Shahih Muslim: no: 2807
[3] Al-Bukhari: 3/313 no: 4913 dan Muslim: 2/1105 no: 1479
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Isro’: 16]
Kata Al-Mutrif: bermakna orang yang menikmati secara mewah dan berlebihan dalam kelezatan dan dunia dan syahwatnya. Maksudnya adalah Allah memerintahkan kepada orang-orang hidup ewah ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah namun mereka enggan melaksanakan perintah tersebut bahkan mereka berbuat kefasikan dan kerusakan maka mereka berhak mendapat siksa dan kehancuran. Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan tentang kehidupan orang-orang yang mewah ini bahwa datang kepada mereka ayat-ayat Allah dan mereka diperingatkan dengannya namun mereka sombong dan berpaling darinya maka Allah-pun mengazab mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. [QS. Al-Mu’minun: 64-67]
Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan bahwa hidup mewah adalah sifat orang-orang kafir. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. [QS. Al-Waqi’ah: 41-45]
Maksudnya mereka hidup mewah dan terjerumus pada syahwat dan kelezatan duniawi. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa kehidupan yang mewah akan berdampak buruk bagi kehidupan duniawi dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Nabi Shaleh pada saat dia memberikan peringatan kepada kaum Tsamud dan mereka adalah bangsa arab yang menempati kota batu yang terletak antara lembah Al-Qura dan negeri Syam, tempat tinggal mereka cukup terkenal dan sekarang disebut dengan mada’in Shaleh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;
قال الله تعالى : ﴿ أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ. فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ. وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ ﴾ (الشعراء: 146-149)
Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; QS. Al-Syu’ara’: 146-149.
Sehingga firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan:
قال الله تعالى : ﴿ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ ﴾ (الشعراء: 158-159)
maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. QS. Al-Syu’ara’: 158-159.
Ibnu Katsir rahimhullah berkata: Allah subhanahu wa ta’ala berkata guna memberitahukan dan memperingatkan mereka bahwa siksa Allah turun kepada mereka, serta mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka berupa rizki-rizki yang melimpah ruah, menjadikan mereka dalam aman dari segala bahaya, mencurahkan bagi mereka kebun-kebun yang penuh dengan tanaman, dan mengalirkan bagi mereka mata air yang mengalir deras serta memberikan mereka tanaman dan buah-buahan, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ
((dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut))
Ibnu Katsir berkata yaitu pada saat dia basah dan menjulur dan selain itu kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. Ibnu Abbas dan ulama yang lainnya berkata memahatnya dengan baik, di dalam riwayat yang lain disebutkan memahatnya dengan rakus dan melwati batas. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Mujahid dan jama’ah ahli tafsir dan tidak ada kontradiksi antara kedua pendapat tersebut. Sebab sesungguhnya mereka menjadikan rumah-rumah yang terukir di atas gunung-gunung tersebut secara liar melampui batas, demi kesombongan dan berlaku sia-sia bukan untuk tempat tinggal dan mereka sangat profesional dalam memahat dan mengukir batu-batuan tersebut, seperti itulah yang disimpulakn tentang keadaan mereka bagi orang yang pernah melihat tempat tinggal mereka”.[1]
Yang menjadi penekanan kita adalah bahwa mereka terjebak dalam pola hidup yang mewah sehingga memabawa mereka mendustakan para rasul lalu akibat mereka adalah kebinasaan di dunia dan akherat.
Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam telah memberitahukan bahwa di hari kiamat kelak orang-orang yang hidup mewah akan melupakan semua kenikmatan yang pernah mereka nikmati selamat hidup di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Akan ditangkan pada hari kiamat kelak seorang penghuni neraka yang keadaannya paling mewah selama hidup di dunia, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam api neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam apakah engkau pernah merasakan sedikit kenikmatan saat hidupmu?. Apakah suatu kenikmatan telah menghampirimu saat hidup di dunia?. Lalu dia berkata: Tidak wahai Tuhanku. Lalu didatangkanlah orang yang paling sengasara hidupnya di dunia namun dia termasuk penduduk surga, lalu orang tersebut dicelupkan satu kali celupan di dalam surga dan dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan satu kesengsaraan di dalam kehidupanmu? Apakah engkau telah mengalami hidup sengsara?. Maka dia berkata: Demi Allah tidak pernah wahai Tuhanku aku tidak pernah merasakan kesengsaraan sedikitpun dan aku tidak pernah hidup sengsara sedikitpun”.[2]
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang paling jauh dari pola hidup mewah, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Umar ra bahwa dia mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan melihat beliau tertidur bertikar pasir dan membekas pada pinggang beliau, maka kedua matanya menangis dan berkata: Wahai Rasulullah para raja dan kaesar hidup dalam kemewahan mereka dan engkau adalah makhluk pilihan Allah. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berbaring lalu baliu duduk dan bersabda: Apakah engkau meragukan ajaran yang aku bawa wahai Ibnul Katab?. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Mereka adalah kaum yang kebaikannya disegerakan pada kehidupan duniawi, di dalam sebuah riwayat disebutkan: Apakah engkau tidak rela jika mereka mendapat dunia dan kita mendapatkan akherat”.[3]
Di antara cermin kehidupan mewah pada zaman kita sekarang ini adalah tenggelam dalam memenuhi kebutuhan sekunder secara berlebihan, contohnya sebagian keluarga merubah perabot rumah tangga pada setiap tahunnya sekalipun perabot yang lama masih layak padahal mereka mempersiapkan biaya yang sangat besar untuk urusan tersebut.
Di antara bentuk kemewahan itu adalah sebagian keluarga berupaya membeli makanan dan minuman setiap harinya dari rumah makan-rumah makan yang mahal padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut.
Di antara bentuk kemewahan itu adalah adanya kaum wanita yang selalu mengganti pakian secara terus menerus dalam setiap pesta dan resepsi pernikahan, walaupun pakaian tersebut tidak dimanfaatkan kecuali satu kali saja, walau mereka harus membayar mahal dengan pola hidup seperti itu.
Di antara bentuk kemewhan itu adalah adanya sebagian masyarakat yang berwisata pada setiap tahunnya, dan mereka membayar biaya yang malah untuk keperluan tersebut walaupun harus berhutang. Banyak lagi bentuk-bentuk kemewahan lainnya.
Di antara dampak negatif dari pola hidup mewah adalah:
Pertama; Munculanya berbagai macam penyakit seperti penyakit kegemukan, penykait liver dan stroke dan lain-lain.
Keuda: Pola hidup seperti ini akan menjerumuskan kepada kemalasan, hidup santai dan bergantung kepada dunia sehingga akan mempermudah bagi musuh untuk menguasai umat ini, merusak aqidah mereka, mengeksploitasi kekayaan alam yang tersimpan di dalam negara mereka. Dan umat Islam harus memperoyeksikan diri mereka sebagai umat yang pejuang, kuat dan mempersiapak diri mereka untuk berdakwah kepada Allah dan menyebarkan agama ini di bumi belahan barat dan timur dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kesyirikan menuju cahaya tauhid dan hal ini tidak akan pernah terwujud kecuali dengan kerja keras bukan dengan hidup mewah dan santai. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ﴾ (التوبة: 105)
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, QS. Al-Taubah: 105.
Ketiga: Hidup mewah akan mengakibatkan tersalurnya smber daya dan potensi umat ini pada perkara yang tidak mendatangkan manfaat, dan umat ini sangat membutuhkan pemanfaatan kekayaan ini guna membangun kekuatan ekonomi dan militer sehingga menjadi umat yang memiliki harga diri di hadapan negara-negara lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ ﴾ (الأنفال: 60)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu”. QS. Al-Anfal: 60.
Keempat: Hidup mewah akan membuat umat ini menjadi lemah dan menggantungkan diri pada uluran tangan orang lain, tidak berdiri pada pada sumber daya pemuda dan potensi mereka. Keadaan ini akan memaksa mereka untuk tunduk pada kekuatan musuh mereka, kekayaan mereka akan terperas, agama mereka akan rusak dan banyak kerusakan lainnya.
Hal ini terjadi jika pola hidup mewah tersebut hanya terbatas pada perkara-perkara yang mubah namun jika sudah mengarah pada perkara yang diharamkan maka perkaranya menjadi lebih bahaya lagi, itulah lonceng kehancuran dan kebinasaan sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat sebelumnya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1] Tafsir Katsir: 3/343
[2] Shahih Muslim: no: 2807
[3] Al-Bukhari: 3/313 no: 4913 dan Muslim: 2/1105 no: 1479
FITNAH ANCAMAN UMMAH Akhir Zaman
Fitnah melibatkan manusia dan manusia yang lain. Tidak terjadi di kalangan haiwan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh itu dosa ini digolongkan dosa sesama manusia. Maka dosa ini tidak akan diampunkan oleh Allah melainkan meminta ampun orang yang difi tnah. Kini, menyebar fi tnah seolaholah perkara yang kecil bagi manusia sekarang.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak masuk syurga orang yang suka menyebarkan fi tnah.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Betapa besar hukuman yang dikenakan terhadap mereka yang menjadi penyebar fi tnah. Tidak masuk syurga! Jika tidak masuk syurga ke nerakalah tempatnya. Tidak ada istilah ‘duduk di tengah-tengah’ bagi mereka yang melakukan kejahatan.
Fitnah dalam bahasa Arab bermaksud ujian dan cubaan. Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahawa makna asal fi tnah ialah al-ikhtibar, al-imtihan iaitu ujian. Ibnu Manzur pula menyatakan fi tnah itu adalah al-ibtila’(cubaan), al-imtihan dan al-ikhtibar (ujian). Manakala Jurjani memberikan defi nisinya iaitu “Perkara yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan atau keburukan sesuatu.”
Manakala makna fi tnah menurut al-Quran pula membawa erti syirik dalam surah al-Baqarah yang bermaksud: “Dan perangilah mereka supaya tidak berlakunya syirik.” Selain itu fi tnah juga membawa makna ujian dan cubaan (surah Toha: 40 dan al-Ankabut:3), seksa (surah al-Ankabut:10, surah az-Zariat:14 dan surah an-Nahl:110), dosa (at-Taubah:49), kekufuran (at-Taubah:48 dan ali-Imran:7), kebinasaan (an-Nisa:101 dan Yunus:83), berpaling dari jalan yang benar (al-Maaidah:49 dan al-Isra’:73), sesat (al-Maaidah:41 dan as-Soffat:162), alasan (al-An’am:23, sebahagian tafsir memberi maksud jawapan), dan gila (al-Qalam:6).
Fitnah menurut as-Sunnah memberi maksud perselisihan dan peperangan, sebagaimana sabda Nabi SAW yang bermaksud: “Akan berlaku perselisihan dan peperangan, orang yang melihatnya lebih baik dari orang yang menyebabkannya ia berlaku.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Selain itu fi tnah member maksud ujian dan cubaan, melalaikan dan melekakan, penyeksaan dan pembunuhan, berlaku kemungkaran dan kemaksiatan, memaksa untuk kembali kufur, dan menjauhkan dari agama.
Fitnah melibatkan manusia dan manusia yang lain. Tidak terjadi di kalangan haiwan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh itu dosa ini digolongkan dosa sesama manusia. Maka dosa ini tidak akan diampunkan oleh Allah melainkan meminta ampun orang yang difi tnah. Kini, menyebar fi tnah seolah-olah perkara yang kecil bagi manusia sekarang.
Orang yang difi tnah akan pergi ke mahkamah dan mengemukakan saman serta menarik balik tuduhan yang dilontarkan. Bagi mereka yang melontarkan fi tnah itu akan cuba melawan habis-habisan bagi mempertahankan tuduhannya atau akan menarik semula tuduhan tersebut setelah mengambil masa yang terlalu lama. Betapa ringannya dosa fi tnah bagi mereka kerana semuanya disandarkan kepada mahkamah
Apa Sebenarnya Cinta?
Insan yang beriman sering kali meletakkan sandaran yang kuat dan kukuh kepada Allah. Maka, dalam soal percintaan, sering kali mereka bersikap tenang dan menyerah diri kepada ketentuan Allah.
Memiliki perasaan ingin mencintai dan dicintai adalah sesuatu yang lumrah sifatnya. Tidak terkecuali bagi remaja yang cukup terkenal dengan sikap gemar mencuba. Termasuklah melibatkan soal cinta. Merasai dan menjadi sebahagian daripada pemain watak dalam kisah bertemakan mainan perasaan dan jiwa, tentu menimbulkan kemahuan yang tinggi dalam diri mereka.
Apatah lagi kerap dimomok dengan keindahan jalan cerita drama, fi lem, novel ataupun kisah kawan-kawan yang cukup berbunga-bunga, hati mula melonjak teruja. Alangkah indahnya bercinta! Mengetahui apa itu cinta. Mudahnya melafazkan kata cinta namun tidak mengetahui mengapa dan kenapa mereka bercinta. Alam percintaan sememangnya indah. Bagi yang sedang asyik dilamun cinta, dunia ini ibarat mereka yang punya.
Namun harus diingat soal bercinta bukan semata-mata kerana sayang. Tapi bagaimana mahu menjadikan ikatan cinta yang terjalin akan terus dibawa hingga ke gerbang pelamin. Kefahaman tentang konsep cinta antara lelaki dan wanita perlu diketahui sebaiknya. Itu paling penting, agar hubungan cinta yang dijalin tidak membawa kepada kekecewaan seterusnya sentiasa dalam rahmat Ilahi.
Bersandarkan Allah
Insan yang beriman sering kali meletakkan sandaran yang kuat dan kukuh kepada Allah. Maka, dalam soal percintaan, sering kali mereka bersikap tenang dan menyerah diri kepada ketentuan Allah. Ini adalah kerana mereka yakin cinta datang daripada Allah dan hanya Dia sahaja yang dapat menganugerahkan atau menghapuskan cinta itu. Allah adalah Pencipta kepada cinta, dan setiap penciptaan-Nya ada matlamat dan sebab kewujudannya, yang sering kali tidak cuba difahami oleh manusia.
Hanya segelintir sahaja yang memahami hakikat didatangkan perasaan cinta itu, iaitu kembali kepada asal matlamat kejadian manusia; untuk menyembah dan melakukan ketaatan kepada Allah. Tidak kira apa bangsa ataupun agama sekalipun, hakikat cinta adalah kembali kepada mengagungkan dan membesarkan Tuhan yang menciptakan segala cinta.
Realiti cinta menuntut pengorbanan daripada setiap individu yang berani untuk melibatkan dirinya dalam percintaan. Cinta penuh dengan air mata, mainan perasaan dan getaran yang memilukan hati. Ini kerana, cinta tidak hanya melibatkan perasaan semula jadi antara lelaki dan perempuan sahaja tetapi juga melibatkan perhubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan alam, serta manusia dan perbuatan.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak masuk syurga orang yang suka menyebarkan fi tnah.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Betapa besar hukuman yang dikenakan terhadap mereka yang menjadi penyebar fi tnah. Tidak masuk syurga! Jika tidak masuk syurga ke nerakalah tempatnya. Tidak ada istilah ‘duduk di tengah-tengah’ bagi mereka yang melakukan kejahatan.
Fitnah dalam bahasa Arab bermaksud ujian dan cubaan. Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahawa makna asal fi tnah ialah al-ikhtibar, al-imtihan iaitu ujian. Ibnu Manzur pula menyatakan fi tnah itu adalah al-ibtila’(cubaan), al-imtihan dan al-ikhtibar (ujian). Manakala Jurjani memberikan defi nisinya iaitu “Perkara yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan atau keburukan sesuatu.”
Manakala makna fi tnah menurut al-Quran pula membawa erti syirik dalam surah al-Baqarah yang bermaksud: “Dan perangilah mereka supaya tidak berlakunya syirik.” Selain itu fi tnah juga membawa makna ujian dan cubaan (surah Toha: 40 dan al-Ankabut:3), seksa (surah al-Ankabut:10, surah az-Zariat:14 dan surah an-Nahl:110), dosa (at-Taubah:49), kekufuran (at-Taubah:48 dan ali-Imran:7), kebinasaan (an-Nisa:101 dan Yunus:83), berpaling dari jalan yang benar (al-Maaidah:49 dan al-Isra’:73), sesat (al-Maaidah:41 dan as-Soffat:162), alasan (al-An’am:23, sebahagian tafsir memberi maksud jawapan), dan gila (al-Qalam:6).
Fitnah menurut as-Sunnah memberi maksud perselisihan dan peperangan, sebagaimana sabda Nabi SAW yang bermaksud: “Akan berlaku perselisihan dan peperangan, orang yang melihatnya lebih baik dari orang yang menyebabkannya ia berlaku.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Selain itu fi tnah member maksud ujian dan cubaan, melalaikan dan melekakan, penyeksaan dan pembunuhan, berlaku kemungkaran dan kemaksiatan, memaksa untuk kembali kufur, dan menjauhkan dari agama.
Fitnah melibatkan manusia dan manusia yang lain. Tidak terjadi di kalangan haiwan dan tumbuh-tumbuhan. Oleh itu dosa ini digolongkan dosa sesama manusia. Maka dosa ini tidak akan diampunkan oleh Allah melainkan meminta ampun orang yang difi tnah. Kini, menyebar fi tnah seolah-olah perkara yang kecil bagi manusia sekarang.
Orang yang difi tnah akan pergi ke mahkamah dan mengemukakan saman serta menarik balik tuduhan yang dilontarkan. Bagi mereka yang melontarkan fi tnah itu akan cuba melawan habis-habisan bagi mempertahankan tuduhannya atau akan menarik semula tuduhan tersebut setelah mengambil masa yang terlalu lama. Betapa ringannya dosa fi tnah bagi mereka kerana semuanya disandarkan kepada mahkamah
Apa Sebenarnya Cinta?
Insan yang beriman sering kali meletakkan sandaran yang kuat dan kukuh kepada Allah. Maka, dalam soal percintaan, sering kali mereka bersikap tenang dan menyerah diri kepada ketentuan Allah.
Memiliki perasaan ingin mencintai dan dicintai adalah sesuatu yang lumrah sifatnya. Tidak terkecuali bagi remaja yang cukup terkenal dengan sikap gemar mencuba. Termasuklah melibatkan soal cinta. Merasai dan menjadi sebahagian daripada pemain watak dalam kisah bertemakan mainan perasaan dan jiwa, tentu menimbulkan kemahuan yang tinggi dalam diri mereka.
Apatah lagi kerap dimomok dengan keindahan jalan cerita drama, fi lem, novel ataupun kisah kawan-kawan yang cukup berbunga-bunga, hati mula melonjak teruja. Alangkah indahnya bercinta! Mengetahui apa itu cinta. Mudahnya melafazkan kata cinta namun tidak mengetahui mengapa dan kenapa mereka bercinta. Alam percintaan sememangnya indah. Bagi yang sedang asyik dilamun cinta, dunia ini ibarat mereka yang punya.
Namun harus diingat soal bercinta bukan semata-mata kerana sayang. Tapi bagaimana mahu menjadikan ikatan cinta yang terjalin akan terus dibawa hingga ke gerbang pelamin. Kefahaman tentang konsep cinta antara lelaki dan wanita perlu diketahui sebaiknya. Itu paling penting, agar hubungan cinta yang dijalin tidak membawa kepada kekecewaan seterusnya sentiasa dalam rahmat Ilahi.
Bersandarkan Allah
Insan yang beriman sering kali meletakkan sandaran yang kuat dan kukuh kepada Allah. Maka, dalam soal percintaan, sering kali mereka bersikap tenang dan menyerah diri kepada ketentuan Allah. Ini adalah kerana mereka yakin cinta datang daripada Allah dan hanya Dia sahaja yang dapat menganugerahkan atau menghapuskan cinta itu. Allah adalah Pencipta kepada cinta, dan setiap penciptaan-Nya ada matlamat dan sebab kewujudannya, yang sering kali tidak cuba difahami oleh manusia.
Hanya segelintir sahaja yang memahami hakikat didatangkan perasaan cinta itu, iaitu kembali kepada asal matlamat kejadian manusia; untuk menyembah dan melakukan ketaatan kepada Allah. Tidak kira apa bangsa ataupun agama sekalipun, hakikat cinta adalah kembali kepada mengagungkan dan membesarkan Tuhan yang menciptakan segala cinta.
Realiti cinta menuntut pengorbanan daripada setiap individu yang berani untuk melibatkan dirinya dalam percintaan. Cinta penuh dengan air mata, mainan perasaan dan getaran yang memilukan hati. Ini kerana, cinta tidak hanya melibatkan perasaan semula jadi antara lelaki dan perempuan sahaja tetapi juga melibatkan perhubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan alam, serta manusia dan perbuatan.
BEKALAN TAQWA
BEKALAN TAQWA, LEMAH LEMBUT PENGHIAS SEGALA SESUATU Dari Aisyah r. a, dia berkata: Rasulullah saw pernah bersabda kepadaku:”Wahai aisyah, hendaklah engkau bertaqwa kpd Allah Azza Wajalla dan lemah lembut. Kerana lemah lembut itu sama sekali tidak berada pada sesuatu mlainkan menghiasinya, & lemah lembut itu sama se...kali tidak terlepas dari sesuatu melainkan ia memburukkannya” (Isnadnya Hassan,ditakhrij At Tarmizi)
Wasiat yang sangat bernilai ini merupakan salah satu dasar penting yang membantu dalam kehidupan orang mukmin di dunia. Dasar taqwa, hendaklah engkau menciptakan satu perlindungan antara dirimu dan yang engkau takuti agar dapat menjaga dirimu. Takwa wanita muslimah kepada Tuhannya, hendaklah menjaga dirinya dari dimurkai Allah dengan cara melaksanakan perintahNya.
Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepadaKu hai orang2 yang berakal
(al-Baqarah: 197)
Sifat2 orang yang bertaqwa:
1. Beriman kepada Allah... Lihat seterusnya..
2. Beriman kepada Malaikat
3. Beriman kepada kitab2 samawi yang diturunkan di sisi Allah.
4. Beriman kepada Rasul
5. Beriman kepada hari akhirat
6. Mendirikan solat
7. Menunaikan zakat
8. Memberi harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak2 yatim, prang2 miskin, dll.
9. Sabar tatkalam endapatp enderitaan, kesempitan dan tatkala perang.
10. Menepati janji
11. Benar dalam keimanannya kepada Allah
12. Mengagungkan syiar2 Allah swt.
13. Menginfakkan (membelanjakan) harta dalam keadaan lapang dan sempit.
14. Menahan rasa marahMemafkan kesalahan orang lain
15. Beriman kepada hal2 yang ghaib.
Berkat bersifat taqwa:
1. Mengambil manfaat dari al-Quran dan petunjuk yang terkandung di dalamnya.
2. Kedudukan yang tinggi di sisi Allah pada hari kiamat.
3. Memperolehi syurga dan apa yang terkandung di dalamnya
4. Mendapat kecintaan Allah... Lihat seterusnya..
5. Mendapat perhatian dari Allah
6. memperolehi kejayaan
7. Hilang rasa takut, sedih, dan mendapat khabar gembira di dunia.
8. Terbuka pintu keberkatan dan nikmat dari langit dan bumi.
9. Mendapat apa yang boleh membezakan antara yang hak dan bathil.
10. Mendapat perlindungan Allah
11. Keselamatan dari neraka pada hari kiamat
12. Berkumpul bersama-sama utusan Allah yang terhormat.
13. Kesudahan yang baik.
14. Keampunan dosa.
15. Persahabatan yang menguntungkan pada hari kiamat.
16. Berada di suatu teman yang aman.
17. Kemuliaan di sisi Allah.
18. Mendapat tempat yang disenangi di syurga.
19. Mendapat rahmat, hidayah dan maghfirah dari Allah.
20. Keluar dari kekhuatiran dan kesempatan di dunia dan akhirat.
21. Segala urusan dipermudahkan, segala kesalahan ditutupi dan pahalanya dilpatgandakan.
22. Selamat dari tipu daya org2 yg dengki dan iri hati.
23. Amalannya diterima oleh Allah.
24. Diterima secara ramah dan baik oleh malaikat pada hari kiamat nanti.
Ar-Rifq ertinya sikap lemah lembut, wajah berseri dan lapang dada. Lemah lembut memiliki satu kelebihan dari akhlak2 lain. Maka Allah memberi pujian yang baik kepada org yg memiliki sifat lemah lembut di dunia dan pahala yang melimpah ruah di akhirat. Sifat lemah lembut mempercantik orangnya dan memperindah di mata manusia di sisi Allah.
Maka jadikanlah sifat lemah lembut sebagai perhiasan dirimu wahai muslimah, yang dapat engakau terapkan terhadap anak2, suami dan tetanggamu. Jadikanlah ia sebagai jalan kehidupanmu agar dapat mencapai apa yang engkau kehendaki.
Al-Asma’y pernah berkata dalam syairnya:... Lihat seterusnya..
“Tak pernah ku lihat kelemahlembutan, Seperti dalam kehalusannya, Dia keluarkan anak-anak perawan, Dari tempat pingitannya, Siapa minta pertolongan, Dalam menyelesaikan urusan, Diapun bisa mengeluarkan binatang, Dari tempat persembunyiannya.”
Wasiat yang sangat bernilai ini merupakan salah satu dasar penting yang membantu dalam kehidupan orang mukmin di dunia. Dasar taqwa, hendaklah engkau menciptakan satu perlindungan antara dirimu dan yang engkau takuti agar dapat menjaga dirimu. Takwa wanita muslimah kepada Tuhannya, hendaklah menjaga dirinya dari dimurkai Allah dengan cara melaksanakan perintahNya.
Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepadaKu hai orang2 yang berakal
(al-Baqarah: 197)
Sifat2 orang yang bertaqwa:
1. Beriman kepada Allah... Lihat seterusnya..
2. Beriman kepada Malaikat
3. Beriman kepada kitab2 samawi yang diturunkan di sisi Allah.
4. Beriman kepada Rasul
5. Beriman kepada hari akhirat
6. Mendirikan solat
7. Menunaikan zakat
8. Memberi harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak2 yatim, prang2 miskin, dll.
9. Sabar tatkalam endapatp enderitaan, kesempitan dan tatkala perang.
10. Menepati janji
11. Benar dalam keimanannya kepada Allah
12. Mengagungkan syiar2 Allah swt.
13. Menginfakkan (membelanjakan) harta dalam keadaan lapang dan sempit.
14. Menahan rasa marahMemafkan kesalahan orang lain
15. Beriman kepada hal2 yang ghaib.
Berkat bersifat taqwa:
1. Mengambil manfaat dari al-Quran dan petunjuk yang terkandung di dalamnya.
2. Kedudukan yang tinggi di sisi Allah pada hari kiamat.
3. Memperolehi syurga dan apa yang terkandung di dalamnya
4. Mendapat kecintaan Allah... Lihat seterusnya..
5. Mendapat perhatian dari Allah
6. memperolehi kejayaan
7. Hilang rasa takut, sedih, dan mendapat khabar gembira di dunia.
8. Terbuka pintu keberkatan dan nikmat dari langit dan bumi.
9. Mendapat apa yang boleh membezakan antara yang hak dan bathil.
10. Mendapat perlindungan Allah
11. Keselamatan dari neraka pada hari kiamat
12. Berkumpul bersama-sama utusan Allah yang terhormat.
13. Kesudahan yang baik.
14. Keampunan dosa.
15. Persahabatan yang menguntungkan pada hari kiamat.
16. Berada di suatu teman yang aman.
17. Kemuliaan di sisi Allah.
18. Mendapat tempat yang disenangi di syurga.
19. Mendapat rahmat, hidayah dan maghfirah dari Allah.
20. Keluar dari kekhuatiran dan kesempatan di dunia dan akhirat.
21. Segala urusan dipermudahkan, segala kesalahan ditutupi dan pahalanya dilpatgandakan.
22. Selamat dari tipu daya org2 yg dengki dan iri hati.
23. Amalannya diterima oleh Allah.
24. Diterima secara ramah dan baik oleh malaikat pada hari kiamat nanti.
Ar-Rifq ertinya sikap lemah lembut, wajah berseri dan lapang dada. Lemah lembut memiliki satu kelebihan dari akhlak2 lain. Maka Allah memberi pujian yang baik kepada org yg memiliki sifat lemah lembut di dunia dan pahala yang melimpah ruah di akhirat. Sifat lemah lembut mempercantik orangnya dan memperindah di mata manusia di sisi Allah.
Maka jadikanlah sifat lemah lembut sebagai perhiasan dirimu wahai muslimah, yang dapat engakau terapkan terhadap anak2, suami dan tetanggamu. Jadikanlah ia sebagai jalan kehidupanmu agar dapat mencapai apa yang engkau kehendaki.
Al-Asma’y pernah berkata dalam syairnya:... Lihat seterusnya..
“Tak pernah ku lihat kelemahlembutan, Seperti dalam kehalusannya, Dia keluarkan anak-anak perawan, Dari tempat pingitannya, Siapa minta pertolongan, Dalam menyelesaikan urusan, Diapun bisa mengeluarkan binatang, Dari tempat persembunyiannya.”
Langgan:
Catatan (Atom)